Saat
Negara-negara yang tidak terkenal akan kekuatan bulutangkis dunia, sebut saja Jepang, Thailand, Chinese Taipei,
berhasil menunjukkan kekuatan para pemain mudanya, Indonesia yang notabene-nya
adalah kekuatan bulutangkis dunia
malah memeperjuangkan pemain-pemain senior yang bisa dibilang sulit besaing
dengan pemain muda. Tengok saja Thailand, dalam Sea Games, tim putri kita
sering tumbang ditangan putri-putri Thailand. Thailand mempunyai Inthanon
Ratchnarok yang sudah berhasil masuk Top 10 WS saat usianya belum sampai 20 th..
Bahkan menjadi salah satu kekuatan untuk meruntuhkan dominasi para tunggal
putri Tirai Bambu. Thailand juga mempunyai Busanan Ongbumrungphan yang masih
berusia 16 th. Tapi sudah bertengger pada peringkat 18 dunia. Kalau kita
melihat Chinese Taipei, mereka mempunyai Tai Tzu Ying yang belum genap 20 th.
Tapi sudah berhasil memboyong 2 gelar Super Series, yakni Japan Open Super
Series dan Malaysia Open Super Series yang juga mendampingi Inthanon bertengger
pada Top 10 WS.
Bagaimana
dengan Jepang? Negara Gempa tersebut sering membuat gebrakan pada sector putri.
Bahkan dalam kualifikasi Uber Cup 2012, Jepang berhasil mengalahkan China dalam
laga final kualifikasi tersebut.
Kemana
Pemain Muda Indonesia??
Banyak yang menyayangkan akan keputusan PBSI selama ini.
Sekarang mereka tidak lagi focus pada regenerasi. Regenerasi itu perlu
dilakukan untuk mencari bibit pengganti para senior. Namun PBSI, sebagai induk
organisasi bulutangkis Indonesia
seolah menutup mata akan semua kritikan yang diutarakan para mantan atlet
bulutangkis.