twitter
rss





Judul               : Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela
Judul Asli        : Totto-chan: The Little Girl at the Window
Penulis             : Tetsukko Kuroyanagi
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI
Tahun Terbit    : Cetakan partama, April 2008
Tebal                : 272 Halaman, 20 cm

           


Novel ini menceritakan tentang seorang murid SD di Jepang. Murid tersebut bernama Totto-chan. Totto-chan menpunyai sifat yang keras kepala, bahkan Ibu Guru menyebutnya sebagai anak yang nakal. Padahal gadis tersebut hanyalah mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Itulah sebabnya dia sering berdiri di depan jendela kelasnya saat pelajaran berlangsung. Melihat tingkah laku Totto-chan, terpaksa Totto-chan dikeluarkan dari sekolah.
            Mama Totto-chan mendaftrakan anaknya ke Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen merupakan sekolah yang ruang kelasnya berasal dari gerbong kereta, langsung menyatu dengan alam. Kurikulum di Tomoe Gakuen juga berbeda dengan sekolah pada umumnya di Jepang. Murid-murid di Tomoe gakuen sangat senang dengan Kurikulum balajar yang diterapkan oleh sang Kepala Sekolah, Kobayashi.
            Tomoe Gakuen merupakan sekolah yang bisa dibilang bebas. Karena murid-murid boleh belajar sesuai dengan keinginan mereka, boleh menentukan pelajaran apa yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu. Hal ini membuat Totto-chan bisa mendapatkan banyak pelajaran tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.
            Novel ini cocok sekali dibaca oleh kalangan terpelajar bahkan juga bisa menginspirasi bagi kalangan non-terpelajar untuk menggali potensi yang ada pada diri mereka. Novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu berusaha keras dan berani mencoba tantangan.
            Dalam novel ini dijelaskan bahwa sistem pendidikan di Jepang yang terkenal keras dan disiplin, bukanlah jaminan bahwa seorang anak akan berkembang dengan baik. Bahkan, bisa jadi seseorang yang tidak kuat dengan sistem tersebut akan mengalami tekanan mental dan bisa menjadi depresi. Hal itu juga terjadi di Indonesia.
            Di Indonesia, sistem pendidikan terkesan monoton. Siswa harus dituntut oleh kurikulum yang akan membuat siswa sulit untuk menemukan potensi yang pada diri mereka.
            Novel ini juga dikemas dalam tampilan yang sangat menarik. Bahasa dalam novel ini sangat mudah untuk dimengerti. Namun, di balik tampilan dan bahasa yang sangat menarik, warna dari sampul depan terkesan bahwa novel ini hanya cocok dibaca oleh kaum hawa.
           

(oleh : Zaimudin Rois/09/XI-S2)

0 komentar:

Posting Komentar